SSIA Jadi Incaran Investor Kelas Berat: Apa Potensi Emiten Kawasan Industri Ini?
Market View | PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), emiten properti yang sebelumnya tak banyak diperhatikan oleh investor ritel, kini menjadi buah bibir di kalangan pelaku pasar modal. Penyebabnya bukan semata performa fundamental, tetapi aksi akumulasi saham besar-besaran oleh dua raksasa bisnis Tanah Air: Grup Djarum dan taipan Prajogo Pangestu.
Di tengah geliat pembangunan kawasan industri berbasis smart city di Subang, Jawa Barat, SSIA perlahan-lahan menunjukkan taringnya. Dukungan investor kakap, ekspektasi lonjakan nilai aset, serta potensi masuknya saham ini ke indeks global membuat SSIA tak lagi bisa dipandang sebelah mata.
Pada awal Juli 2025, publik dikejutkan oleh laporan bahwa PT Dwimuria Investama Andalan, kendaraan investasi milik Grup Djarum, mulai memborong saham SSIA di pasar reguler. Dalam waktu kurang dari sebulan, kepemilikan mereka melonjak dari 5,27% menjadi 9,21%, menjadikannya pemegang saham terbesar kedua setelah PT Semesta Mandiri (induk SSIA).
Langkah ini dilengkapi dengan aksi korporasi penting lainnya. Pada 22 Juli 2025, Djarum membeli 62,93 juta saham treasury SSIA dengan harga premium Rp2.700 per saham—lebih tinggi dari harga pasar saat itu yang berada di kisaran Rp2.100–Rp2.200. Menurut pengamat pasar, aksi ini mengirim sinyal kuat: Djarum melihat nilai jangka panjang SSIA melebihi valuasinya saat ini.
"Ketika Djarum masuk, mereka tidak hanya membeli saham. Mereka membawa serta kredibilitas dan ekspektasi perbaikan manajemen serta ekspansi agresif," ujar seorang analis dari perusahaan sekuritas lokal.
Katalis utama SSIA terletak pada proyek andalannya: Subang Smartpolitan, kawasan industri terpadu seluas lebih dari 2.000 hektare yang dikembangkan dengan konsep smart city dan green energy. Lokasinya yang strategis—diapit akses jalan tol dan dekat Pelabuhan Patimban—menjadikannya magnet baru bagi investor dan tenant industri, khususnya dari sektor otomotif dan logistik.
Perusahaan otomotif listrik asal Tiongkok, BYD, telah membeli sebagian lahan untuk pengembangan fasilitas manufaktur. Masuknya tenant besar seperti BYD diyakini akan meningkatkan valuasi lahan dan mempercepat monetisasi aset SSIA.
“Ini bukan hanya penjualan lahan, ini adalah validasi terhadap potensi kawasan industri mereka,” ujar ekonom dari sebuah lembaga riset properti.
Sebelum Grup Djarum masuk, investor besar yang terlebih dahulu hadir di SSIA adalah Prajogo Pangestu, melalui PT Barito Renewables Energy. Kepemilikan Prajogo mencapai sekitar 6%, menunjukkan minatnya dalam diversifikasi ke sektor real estate dan kawasan industri yang mendukung infrastruktur energi.
Kehadiran dua tokoh besar ini membuat posisi SSIA di bursa menjadi sangat menarik—tidak hanya karena aksi beli mereka, tetapi juga karena kemungkinan sinergi jangka panjang.
Salah satu katalis jangka menengah yang patut diperhatikan adalah kemungkinan masuknya SSIA ke dalam indeks MSCI Small Cap, yang diumumkan pada 7 Agustus 2025 dan efektif per 27 Agustus. Masuknya saham ke dalam indeks global akan memicu minat dari dana-dana pasif global yang mengelola triliunan dolar dan hanya berinvestasi di saham anggota indeks.
Jika ini terjadi, SSIA diperkirakan akan mengalami lonjakan volume perdagangan dan potensi revaluasi harga.
Dari sisi kinerja keuangan, SSIA mencatat perbaikan pendapatan dan laba bersih sepanjang 2024 dan awal 2025, ditopang oleh penjualan lahan industri, bisnis hotel, dan konstruksi melalui anak usahanya, PT Nusa Raya Cipta.
Menurut proyeksi analis dari Simply Wall St, pertumbuhan laba SSIA dalam tiga tahun ke depan diperkirakan mencapai lebih dari 40% per tahun. Return on Equity (RoE) juga diproyeksikan meningkat secara stabil, didukung oleh pengelolaan aset yang lebih efisien dan monetisasi lahan industri yang konsisten.
Meski prospeknya cerah, SSIA juga menghadapi sejumlah tantangan. Ketergantungan pada keberhasilan proyek Subang, keterlambatan infrastruktur seperti tol dan pelabuhan, serta potensi tekanan regulasi adalah risiko-risiko yang harus diantisipasi investor.
Namun, dukungan investor institusi besar seperti Grup Djarum dan Prajogo Pangestu dianggap mampu menjadi “penjaga stabilitas” jangka panjang dari emiten ini.
by Kara Macquarie
#SSIA #SahamSSIA #SuryaSemestaInternusa #InvestasiSSIA #SahamProperti #SahamIndustri #SubangSmartpolitan #SSIAStock #IDXSSIA #BursaEfekIndonesia